.quickedit { display:none; }

Rabu, 12 Desember 2012

Tanggung Jawab Auditor Kepada Publik

Profesi akuntan di dalam masyarakat memiliki peranan yang sangat penting dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib dengan menilai kewajaran dari laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Ketergantungan antara akuntan dengan publik menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Dalam kode etik diungkapkan, akuntan tidak hanya memiliki tanggung jawab terhadap klien yang membayarnya saja, akan tetapi memiliki tanggung jawab juga terhadap publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani secara keseluruhan. Publik akan mengharapkan akuntan untuk memenuhi tanggung jawabnya dengan integritas, obyektifitas, keseksamaan profesionalisme, dan kepentingan untuk melayani publik. Para akuntan diharapkan memberikan jasa yang berkualitas, mengenakan jasa imbalan yang pantas, serta menawarkan berbagai jasa dengan tingkat profesionalisme yang tinggi. Atas kepercayaan publik yang diberikan inilah seorang akuntan harus secara terus-menerus menunjukkan dedikasinya untuk mencapai profesionalisme yang tinggi. Justice Buger mengungkapkan bahwa akuntan publik yang independen dalam memberikan laporan penilaian mengenai laporan keuangan perusahaan memandang bahwa tanggung jawab kepada publik itu melampaui hubungan antara auditor dengan kliennya. Akuntan publik yang independen memiliki fungsi yang berbeda, tidak hanya patuh terhadap para kreditur dan pemegang saham saja, akan tetapi berfungsi sebagai ”a public watchdog function”. Dalam menjalankan fungsi tersebut seorang akuntan harus mempertahankan independensinya secara keseluruhan di setiap waktu dan memenuhi kesetiaan terhadap kepentingan publik. Hal ini membuat konflik kepentingan antara klien dan publik mengenai konfil loyalitas auditor. Hal serupa juga diungkapan oleh Baker dan Hayes, bahwa seorang akuntan publik diharapkan memberikan pelayanan yang profesional dengan cara yang berbeda untuk mendapatkan keuntungan dari contractual arragment antara akuntan publik dan klien. Ketika auditor menerima penugasan audit terhadap sebuah perusahaan, hal ini membuat konsequensi terhadap auditor untuk bertanggung jawab kepada publik. Penugasan untuk melaporkan kepada publik mengenai kewajaran dalam gambaran laporan keuangan dan pengoperasian perusahaan untuk waktu tertentu memberikan ”fiduciary responsibility” kepada auditor untuk melindungi kepentingan publik dan sikap independen dari klien yang digunakan sebagai dasar dalam menjaga kepercayaan dari publik. Kalbers dan Cenker (2008) menyatakan bahwa tanggung jawab tampaknya menjadi karakteristik berharga bagi auditor independen, terutama ketika mereka mempercepat dan memberikan perbaikan pengawasan dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan audit. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu diatas dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab memiliki keterkaitan terhadap prestasi kerja individu. Sama halnya dengan variabel conscientiousness dan internal locus of control, dalam penelitian ini diharapkan individu dengan tingkat tanggung jawab lebih tinggi memiliki performa yang baik. sumber : 1. http://eprints.undip.ac.id/29500/1/Skripsi001.pdf 2. http://maududdy.multiply.com/journal/item/9/Tanggung-Jawab-Auditor-kepada-Publik?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem

KODE ETIK PROFESIONAL

Kode etik profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh sekelompok profesi, yang mengarahkan atau memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu profesi itu dimata masyarakat. Apabila anggota kelompok profesi itu menyimpang dari kode etiknya, maka kelompok profesi itu akan tercemar di mata masyarakat. Oleh karena itu, kelompok profesi harus mencoba menyelesaikan berdasarkan kekuasaannya sendiri. Kode etik profesi merupakan produk etika terapan karena dihasilkan berdasarkan penerapan pemikiran etis atas suatu profesi. Kode etik profesi dapat berubah dan diubah seiring perkembangan zaman. Kode etik profesi merupakan pengaturan diri profesi yang bersangkutan, dan ini perwujudan nilai moral yang hakiki, yang tidak dipaksakan dari luar. Kode etik profesi hanya berlaku efektif apabila dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam lingkungan profesi itu sendiri. Setiap kode etik profesi selalu dibuat tertulis yang tersusun secara rapi, lengkap, tanpa catatan, dalam bahasa yang baik, sehingga menarik perhatian dan menyenangkan pembacanya. Semua yang tergambar adalah perilaku yang baik-baik. Garis besar kode etik dan perilaku profesional adalah : Kontribusi untuk masyarakat dan kesejahteraan manusia Prinsip mengenai kualitas hidup semua orang menegaskan kewajiban untuk melindungi hak asasi manusia dan menghormati keragaman semua budaya. Sebuah tujuan utamaprofesional komputasi adalah untuk meminimalkan konsekuensi negatif dari sistem komputasi, termasuk ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan. a. Hindari menyakiti orang lain “Harm” berarti konsekuensi cedera, seperti hilangnya informasi yang tidak diinginkan, kehilangan harta benda, kerusakan harta benda, atau dampak lingkungan yang tidak diinginkan. b. Bersikap jujur dan dapat dipercaya Kejujuran merupakan komponen penting dari kepercayaan. Tanpa kepercayaan suatu organisasi tidak dapat berfungsi secara efektif. c. Bersikap adil dan tidak mendiskriminasi Nilai-nilai kesetaraan, toleransi, menghormati orang lain, dan prinsip-prinsip keadilan yang sama dalam mengatur perintah. d. Hak milik yang temasuk hak cipta dan hak paten Pelanggaran hak cipta, hak paten, rahasia dagang dan syarat-syarat perjanjian lisensi dilarang oleh hukum di setiap keadaan. e. Menberikan kredit yang pantas untuk property intelektual Komputasi profesional diwajibkan untuk melindungi integritas dari kekayaan intelektual. f. Menghormati privasi orang lain Komputasi dan teknologi komunikasi memungkinkan pengumpulan dan pertukaran informasi pribadi pada skala yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah peradaban. g. Kepercayaan Prinsip kejujuran meluas ke masalah kerahasiaan informasi setiap kali salah satu telah membuat janji eksplisit untuk menghormati kerahasiaan atau, secara implisit, saat informasi pribadi tidak secara langsung berkaitan dengan pelaksanaan tugas seseorang. Sumber : 1. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/04/pengertian-dan-ciri-ciri-profesionalisme-serta-kode-etik-profesi/ 2. http://kemasbani.blogspot.com/2012/11/kode-perilaku-profesional.html

Minggu, 28 Oktober 2012

Review

Setiap profesi membutuhkan pengetahuan dan keahlian khusus, dan setiap profesional diharapkan mempunyai kualitas personal tertentu. Demikian pula halnya dengan profesi bidang akuntansi baik dalam akuntansi sektor publik yang bekerja di kantor akuntansi public (KAP) maupun akuntansi sektor swasta yang bekerja di perusahaan swasta. Mahasiswa khususnya mahasiswa fakultas ekonomi yang merupakan salah satu sumber daya potensial sebagai staf professional yang memiliki kualitas personal tertentu sebagai bekal mencari kerja dan berkarir di bidang akuntansi. Sementara itu di dalam lingkungan yang semakin kompleks dan kompetitif, perilaku etis juga menjadi topic yang selalu menjadi perhatian. Secara histories akuntan dipersepsikan sebagai profesi yang lebih menekankan etika dibandingkan profesi lain (Ross, 1988)Akuntan memiliki kewajiban pada perusahaannya, profesi, public dan diri mereka sendiri untuk menegakkan standar tertinggi dalam perilaku etis. Mereka memiliki kewajiban agar kompeten dan memelihara kepercayaan, integritas dan obyektifitas. Nilai dari system etika mempengaruhi tidak hanya perilaku akuntasi tetapi juga keberhasilan akuntansi. Semakin meningkatnya proporsi perempuan yang telah menunjukkan prestasinya pada beberapa tahun terakhir di dalam pendidikan tinggi khususnya akuntasi, dan karenanya memiliki kesempatan yang lebih besar di dalam posisi staf, supervisor dan pemilik jabatan-jabatan yang berkaitan dengan akuntansi. Temuan studi Ameen et al. (1996) menunjukkan bahwa masuknya akuntan perempuan dapat memiliki dampak positif pada komunitas bisnis. Contohnya, pejabat perempuan akan cenderung tidak mengijinkan manajemen untuk menyajikan informasi keuangan yang salah. Kemungkinan kehadiran lebih banyak perempuan pada posisi “kekuasaan” dalam dunia profesional dapat memberi perubahan struktural pada organisasi bisnis. Shaub et al. (1993) menekankan pentingnya peran pendidikan etika yang dapat meningkatkan kesadaran etika, dan temuan Ameen et al. (1996) mengungkap pengaruh gender pada sensitivitas etis perlu dipertimbangkan ketika mengembangkan pendidikan etika atau materi pelatihan. Prinsip Etika Profesi Akuntan 1. Prinsip Pertama – Tanggung Jawab Profesi Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai profesional setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. 2. Prinsip Kedua – Kepentingan Publik Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme. 3. Prinsip Ketiga – Integritas Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin 4. Prinsip Keempat – Obyektivitas Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. 5. Prinsip Kelima – Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya tkngan kehati-hatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh matifaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir. 6. Prinsip Keenam – Kerahasiaan Setiap anggota harus, menghormati leerahasiaan informas iyang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hokum untuk mengungkapkannya 7. Prinsip Ketujuh – Perilaku Profesional Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi 8. Prinsip Kedelapan – Standar Teknis Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar proesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.

Senin, 30 April 2012

Agree in Future

Agree in future I do not agree to keep such an arrangement in the future due to concerns about the future of mankind is essential and justified, but they can not help increase the productivity of 25 years was capable of but not involved by the end of the month. For that, we should try to divide the massive project to digestible bites, with a healthy slathering of praise for each phase will be done Do you agree ? I agree with this category, because Baby Boomers represent the largest of the three groups, accounting for approximately 40 percent of the workforce population. Baby Boomers were born between 1946 and 1964 by post-WWII parents who gave birth at a “booming” pace. This is the group at the heart of the impending labor shortage that will start in 2008, the first year that the Baby Boomers hit the average retirement age in the United States of 62½. Generation X is the smallest of the three groups, representing roughly 16 percent of the workforce population. These people were born between 1965 and 1980. The smallness of this group magnifies the Baby Boomers’ impact as they march toward retirement. Most Gen Xers work under the supervision of a Baby Boomer, and this alone has been the root of many performance management issues. Generation Y, sometimes called the “Baby Boomer Echo” because they are the children of the Baby Boomers, represent 25 percent of the workforce. They were born after 1980 and provide some support in numbers, but they are at the heart of the skills-deficiency crisis, especially in the maintenance industry where so much of the critical skill sets are locked in the heads of Baby Boomers. Source : http://luluwahyuni.blogspot.com/2012/04/agree-in-future.html

Why do you work

When you ask people why they work, a lot of them will say they’re ‘only in it for the money’. When you work for money, you can be financially independent, and have some control over your life. Sometimes money truly is the only reason a person works. But most people have more substantial reasons for working. For example: • They like to spend their days doing something they’re good at. • They like being productive. • Other people need their skills, and they feel obliged to supply them. This all sounds wonderful, but you’d need at least some money to do most of these things. Relaxing and doing what you please is great for a holiday, but after a while the pleasure can wear off and you can feel aimless and bored Source : http://luluwahyuni.blogspot.com/2012/04/why-do-you-work.html

Distinguish factor

Distinguish factor Ten differences between Generation X and Generation Y employees Recruitment is an ever changing landscape, and with demographics continually changing it makes for some interesting recruiting strategies going forward. The early Baby Boomers (defined as being born between 1946 to 1964, and aged between 43-61) are now starting to retire, and as recruiters we are now having to put more of a focus on Generation X-ers (defined as being born between 1965 to 1979, and aged between 28-42) and Generation Y-ers (defined as being born between 1980 and 1984, and aged between 13-27). But to recruit and retain people from these two generations, then we surely need to understand what makes them tick in a working environment. Krista Third of Tamm Communications has noted ten different workplace differences between the X and Y generations that we should all take note of: 1. Preferred style of leadership X - only competent leaders will do Y – collaboration with management is expected 2. Value of Experience X – don’t tell me where you have been, show me what you know Y – experience is irrelevant, as the world is changing so fast 3. Autonomy X – give them direction, and then leave them to it Y – questions, questions, questions 4. Feedback X - expect regular feedback Y - need constant and immediate feedback 5. Rewards X – freedom is the ultimate reward Y – money talks 6. Training X – want to continually learn, if they don’t they will leave Y – still in an exam driven mentality 7. Work Hours X – do their work and go home Y – will work as long as needed …or until they get bored 8. Work Life Balance X – they want to enjoy life to the full, while they are young enough to do so Y – their lives are busy – they need alot of ‘me’ time 9. Loyalty X – they are committed as everyone else working there Y – already working out their exit strategy 10. Meaning of Money X – it gives freedom and independence Y - just something that allows them to maintain their lifestyle Source : http://blog.sironaconsulting.com/sironasays/2007/12/our-futurex-ver.html